Biarkan dia tidur hari ini..

Bandung, 9 November 2010

Siang tadi aku berjalan kaki di sekitaran Jl. Braga, rencana hendak menuju jalan Merdeka karena jarak yang tak terlalu jauh akh..sayang sekali jika pake angkot atau taxi. Saat itu waktu menunjukan pukul 10.33 WIB,kususuri trotoar namun langkah kakiku terhenti di depan Bank Indonesia, karena aku melihat orang gila yang sedang tidur tertelungkup di trotoar. bagaimana bisa di tengah bising jalanan yang ramai, polusi, dan terik matahari dia masih bisa tertidur, beberapa detik kemudian aku berpikir sedang apakah dia?

Aku melihat bahwa saat ini yang pasti dia sedang menikmati waktunya. Ya waktu. Waktu untuk bisa melepas penat, kantuk dan sifat manusiawi lainya. Aku tidak mengatakan bahwa dia sedang menikmati hidup, karena mungkin saja dia berpikir bahwa hidupnya adalah kutukan sebab dia dilahirkan, tumbuh dan berkembang untuk menjadi orang gila yang mungkin saja dibuang keluarga atau tidak punya keluarga sama sekali. Aku liat sekali lagi di sisi yang berbeda, dia nyenyak sekali tidurnya, entah sudah ribuan kilometer yang sudah dia tempuh dengan berjalan kaki, entah dia tertidur karena blm makan beberapa minggu? Aku tidak tahu.

Aku melihat kanan kiri untuk mengamati sekitar dan mengambil foto dirinya, seraya mengucap salam pada dia kemudian aku melanjutkan langkahku. Bayangan orang gila itupun tidak serta merta hilang dari ingatanku. yang pasti aku yakin, dia tidak ingat lagi siapa dirinya, kapan dia lahir, bahkan dia mungkin tidak akan tahu dengan apa yang namanya kematian apalagi bagaimana rasanya mati. Dia hanya tahu berjalan kaki, insting makan dan tidur.

Ehm, apa yang terjadi dengan dia ketika aku sudah berjalan ratusan meter menjauhi dia? Aku tdk berharap sedikitpun ada gerombolan Satpol PP yang akan memindahkan dia dan dipindah ketempat lain atau dibuang di pinggiran kota. Mungkin saja itu terjadi. Modal bisa saja berkata; ah singkirkan itu orang gila di pinggir jalan. Bikin keliatan kumuh saja, nah kalo uda kumuh entar Investor ga tertarik lagi berinvestasi disini!!..Dan aku sangat yakin sekali jika orang gila itu tidak tahu tentang praktik "city without slum" yang kadang menjadi pelengkap dari rangkaian agenda neoliberalisme.

Stop!!! aku berpikir terlalu jauh. Tdk mungkin dia sampai berpikir sejauh itu. Segala macam tentang hak dan kewajibannya saja dia tidak tahu, apalagi mempertahankan hak. Mungkin dia ingat dulu ada departemen sosial, yang dulu program kerjanya bikin SDSB ( Sumbangan Dana Sosial Berhadiah), jika dia masih ingat sekarang dia pasti akan meminta dirinya untuk diperlakukan layak di negeri yang menurut orang sedunia adalah kaya raya. Dia bisa saja menggugat negara hanya dengan bermodalkan pasal 34 UUD 1945, yah..dia tidak punya banyak pilihan hidup. iya, dia tidak punya pilihan hidup. Disaat anak-anak ABG dan anak gaul mengatakan " hidup itu pilihan cuy" dia berjalan dalam terik matahari, Disaat mahasiswa Fakultas Hukum membahas tentang konstitusi, tugas negara dan memperdebatkan isinya, Dia mengais nasi di tumpukan tempat sampah.

ya sudahlah, akupun tidak bisa berbuat apa-apa utk orang gila itu. dan ketika aku sedang mengetik note ini, apakah dia masih juga hidup? aku tak tau.

Dia adalah seorang pemberani, melintasi malam dan menerobos panas matahari di kala siang. Dia tidak mempunyai ijazah sarjana, dia tidak mempunyai gaji, namun dia membuktikan jika hari ini dia masih hidup.

semoga kita bisa bertemu lagi di jalan yang berbeda pak tua..

mungkin saja badanmu besok sudah bersih karena kena hujan..

Tuhan memberkatimu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jakarta: Imajinasi mimpi atau kekejaman modal ?

TANTANGAN MASA DEPAN ADVOKAT

Antara SBY, BBM dan Rakyat.