Aksi Mogok Angkot Cikuda Pateuh-Ciroyom Bandung

Hal menarik kiranya ketika berbicara tentang aksi. Aksi massa yang meneriakan segala tuntutan adalah tontonan wajar sampai dengan hari ini. Di kota asalku Jogjakarta misalnya, masyarakat pedagang di Malioboro mungkin sudah kenyang karena melihat aksi/demontrasi merupakan makanan sehari-hari. Jika melihat lebih jauh ke belakang, sebenarnya aksi maupun demonstrasi adalah barang mahal ketika kita hidup dalam masa orde baru. Aksi menggambarkan sebuah perlawanan sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap penguasa atau pengambil kebijakan. Ini yang kemudian diharamkan oleh penguasa baik daerah maupun pusat dikala itu. Namun berbeda ketika kran-kran demokratisasi paska turunnya Soeharto dibuka oleh gerakan mahasiswa bersama rakyat di tahun 1998, aksi menjadi sebuah metode dalam memperjuangkan hak kaum yang terpinggirkan. Jadi aksi yang saat ini berlangsung di Indonesia merupakan dari proses panjang perjalanan republik ini, karena masyarakat sipil tidak mempunyai senjata untuk merebut haknya, sipil cenderung lemah di hadapan negara dan saluran legal dari demokratisasi (baca: parlemen) cenderung mampet. Aksi adalah senjata masyarakat sipil yang maju dan demokratis.


Itulah yang tadi sore aku lihat di Jl. Wastu kencana di depan balai kota Bandung. Aku menyempatkan diri untuk sedikit berdialog dengan beberapa orang disana. Ada puluhan angkot yang sedang mogok beroperasi. Usut punya usut, mereka sedang memprotes penambahan armada angkutan kota Cikuda Pateuh-Ciroyom. Penambahan sekitar 15 armada yang akan beroperasi jalur itu. Mereka berpendapat bahwa jalur itu sudah penuh sesak namun kenapa harus ditambah armada lagi. Dari berbagai sumber yang aku dapat, saat ini beroperasi 125 armada, jadi jika nanti ditambah 15 maka total akan menjadi 140 armada.

Hal ini adalah bagus!! mengapa? ini merupakan salah satu bukti jika sopir angkot yang notabene adalah masyarakat kelas bawah mengambil metode aksi, walaupun dalam tataran aksi yang spontan dan mungkin saja tidak berkonsep. Dalam bentuk ini jelas tersirat bahwa mereka tidak lagi percaya lagi kepada saluran resmi aspirasi formal ( DPRD kota bandung misalnya) atau wakil rakyat yang dulu mereka coblos.

Dalam hal aksi ini, aksi mereka bermotifkan ekonomi. Tuntutan mereka sifatnya sangat ekonomisme, yakni jangan sampai pendapatan mereka terganggu atau berkurang ketika ditambah lagi armada dalam jurusan yang sama. Ini tidak menjadi soal bagiku, toh memaang kesadaran ekonomisme akan menjadi awal bagi tingkat kesadaran yang lebih tinggi lagi. Mereka tidak sadar telah mempraktekan politik walau pada tataran dini.

ya, mereka akan terus belajar dan belajar.Mereka akan tahu jika sebenarnya apa yang mereka rasakan merupakan produk politik karena keputusan berada di tangan pemerintah kota (walikota) yang dipilih secara langsung oleh rakyat Bandung. Jadi mereka harus merunut kondisi ini, siapa biang kerok dan apa yang harus mereka respon ketika setiap ada momentum politik datang. Posisi mereka jelas terjepit dan itu mengapa hari ini mereka kembali mogok beroperasi, padahal sebelumnya aku melihat mereka mogok di tempat yang sama dengan tuntutan yang sama pada bulan Agustus 2010 kemarin. Mereka masih berbicara hal yang sama. Salut!!

Mempertahankan kondisi ini. Masyarakat yang terus bergelut setiap harinya dengan kebijakan yang tidak populis dari negara pasti akan menumbuh suburkan aksi-aksi ini. dari mulai sektor petani, mahasiswa, kaum miskin kota sampai dengan gerakan besar buruh. saya yakin, akan ada sejuta aksi kedepannya, walau saat ini rezim mencoba memoles wajahnya dengan demokratisasi, namun mereka tidak bisa memberikan yang paling asasi dalam praktek demokrasi. Masih ada tentara dan polisi! masih ada pemberangusan serikat pekerja! Masih ada DO mahasiswa yang terlibat aktivitas politik!! masih ada kriminalisasi bagi perjuangan demokrasi!! Negara masih menciptakan penjara-penjara bagi kaum yang mendambakan kesejahteraan dan demokrasi. 

Hari ini sangat indah, aku bisa bertemu mereka dan sedikit berbicara dengan mereka. Maaf, dalam hati ini aku ingin sekali bergabung sama mereka, mungkin lain waktu dalam kesempatan dan hari yang berbeda. 
Hidup Kaum miskin perkotaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jakarta: Imajinasi mimpi atau kekejaman modal ?

TANTANGAN MASA DEPAN ADVOKAT

Antara SBY, BBM dan Rakyat.