Budaya Maaf dalam Lebaran

Saya sangat senang dengan lebaran walaupun saya bukanlah seorang muslim. Hal ini bisa aku nikmati bersama kawan-kawan utk saling berkunjung ke sanak saudara, teman dan saudara-saudara lainnya. Saya sangat menikmati setiap lebaran karena ada unsur maaf dan memaafkan disitu, artinya dalam "kemasan" lebaran menjadi tidak canggung untuk berkata maaf kepada sesama. Dan disitulah yang membuat saya semakin nyaman dengan yang namanya lebaran.
Kata maaf di saat ini saya merasakan sendiri menjadi sesuatau yang sangat mahal. Konsep individualisme dalam paket modernisasi saat ini bisa menjadi salah satu sebabnya. Budaya minimalis untuk berkata "maaf"pun menjadi jarang lagi kita lakukan. Maaf tidak terikat kepada struktur sosial ataupun organisasi, maaf tidak terbatas pada junior senior, namun tidak ada yang bisa mempermasalahkan bahwa kata "maaf" bisa diucapkan oleh siapapun, kapanpun dimanapun dan utk siapapun.
Memaknai lebaran ataupun perayaan hari keagamaan bukanlah pada arti formalnya saja, tidak masalah untuk melihat isi dari setiap perayaan hari keagamaan. jadi mungkin akan terasa indah jika setiap hari adalah lebaran, atau setiap hari adalah paskah dan natal sepanjang hari.
Tidak ada maksud menjadi moralis atau sok agamis, namun degradasi etika sosial saat ini sudah turun. Terlepas dari berbagai hal yang menjadi pendorong hancurnya, mari lakukan sesuatu.

Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Selamat hari Raya Idul Fitri 1431 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jakarta: Imajinasi mimpi atau kekejaman modal ?

TANTANGAN MASA DEPAN ADVOKAT

Antara SBY, BBM dan Rakyat.