tag:blogger.com,1999:blog-61440586210864677322024-02-08T18:27:57.204+07:00Menjejak Langit Sebuah Pemikiran
Sebuah Mimpi Langkah Baru#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.comBlogger14125tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-70115851460745164482013-02-06T17:44:00.000+07:002013-02-06T17:44:36.933+07:00Jakarta: Imajinasi mimpi atau kekejaman modal ?<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Mendengar kata Jakarta, apa yang akan terlintas dalam benak kita? Hal yang menarik adalah bagaimana Kota ini menggeliat dari hari ke hari. Jauh dimasa lampau, kita mengetahui Belanda membangun kota Jakarta yang dahulu bernama Batavia. Di era kemerdekaan, ditetapkan sebagai Ibu Kota Negara. Banyak hal yang terjadi di kota ini, baik sejarah maupun geliat ekonomi dan politik. Menarik memang untuk terus dan terus berbicara tentang Jakarta. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Daya Magnetis kota Jakarta itu sangat kuat bagi masyarakat sub urban. Jika dikaitkan dengan kesempatan kerja jelas sebagian orang akan berpendapat bahwa Jakarta 'gudang' lowongan pekerjaan. Sebuah penelitian yang menyatakan bahwa 70% peredaran uang di Indonesia berada di Jakarta seakan menamini pendapat masyarakat bahwa Jakarta adalah tempat berlabuhnya harapan untuk harapan ekonomi yang lebih baik. Seperti setali tiga uang, justru di Jakarta pula tingkat kriminalitas. Jika benar motif ekonomi yang melatarbelakangi urbanisasi maka semakin lekat pula potensi terjadinya kriminalitas. Namun dari segala tantangan dan ancaman kriminalitas tidak membuat masyarkat berbondong-bondong mengalir dan masuk kota Jakarta. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Jakarta memang menawarkan sejuta 'kemanjaan' bagi penduduknya. Selain ketersediaan lapangan pekerjaan, anggapan kota yang modern yang dilengkapi dengan segala fasilitas juga menjadi pertimbangan bagi orang yang hendak 'memenuhi' Jakarta. Tawaran yang cukup menarik seperti pendidikan ataupun karier juga menjadi motif yang cukup dominan. Hiruk pikuk kota Jakarta sekali lagi tidak menghentikan terjadinya urbanisasi. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Untuk lebih jelas mengenai penyebab urbanisasi, tentu kita harus melihat jauh ke desa. Apa yang terjadi pada masyarakat desa kita? Kondisi masyarakat desa terkait dengan kesempatan kerja adalah motif dominan masyarakat desa dalam hal urbanisasi. Lahan pertanian yang semakin sempit sehingga tidak bisa lagi masyarakat desa berproduksi. Trend yang berkembang bahwa sektor pertanian bukan ciri masyarakat maju dan diikuti dengan ledakan angkatan kerja menjadikan pertanian mulai ditinggalkan dan terjadilah urbanisasi tersebut. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Pemerataan pembangunan yang timpang menjadikan tidak terjadinya modernisasi desa. Masyarakat desa yang produktif tentu akan menjadikan setiap orang yang akan pindah ke kota harus berpikir dua kali. Hal ini yang telah terjadi secara terus menerus dimana pemerintah Indonesia tidak pernah serius untuk melakukan pembangunan masyarakat desa, membangun infrastruktur dan meningkatkan tingkat produksi masyarakat. Jika desa dan kota sama-sama produktif dan mampu bersaing tentu tidak akan menjadi masalah baru terkait dengan urbanisasi besar-besaran di kota besar. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Bila Jakarta tidak mampu menampung, maka hal ini akan menjadi masalah besar. Bagaimanapun juga ketersedian lowongan kerja dan lahan di Jakarta itu terbatas. Tidak ada dampak lain selain meningkatnya pengangguran yang memicu kriminalitas. Banyak lingkungan kumuh di Jakarta beserta bangunan-bangunan liarnya justru menambah panjang deret permasalahan Ibu Kota. Di sisi lain, keberhasilan sebagian masyarakat di Jakarta namun di sisi lain keterpurukan ekonomi bagi mereka yang tidak beruntung mengadu nasib di Jakarta. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Dari hal di atas, tentu Jakarta itu menawarkan mimpi. Di sisi lain bagaimana Jakarta memberikan 'service' bagi penduduk Jakarta. Jakarta akan terus 'pincang' dan dibelakangnya kita akan melihat bagaimana kekuasaan modal bekerja dan merubah Jakarta. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><b>Terus, akan seperti apakah Jakarta itu?</b> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><complete id="goog_600627010">@indrawb </complete></span></div>
#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-54214308353975347352012-11-12T22:02:00.000+07:002013-02-08T16:21:24.461+07:00PAKTA INTEGRITAS<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Dalam praktek bernegara, isu korupsi, kolusi dan nepotisme seakan menjadi terpaan yang paling kuat dan mampu menggoyang kekuasaan negara itu sendiri. Hal ini jelas terlihat pada ujung kejayaan orde baru saat itu, jelas rakyat mendamba sebuah perubahan. Sejauh mana kita akan melihat perubahan itu terjadi? Banyak pendapat dan satu per satu rakyat semakin kecewa, pun aku sebagai anak bangsa. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Pakta Integritas. Sebuah kata yang simpel. Pakta Integritas dalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme. Belum lama ini kemarin, aku juga menandatangani itu, sebagai tanda aku masuk dalam sebuah wilayah bebas korupsi, di sebuah lembaga negara ini. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Semangat anti korupsi, diawali dengan berani untuk jujur. Jika memang benar masyarakat kita sudah sakit, berarti kita harus siap melawan arus. Disaat yang lain berbaju hitam, maka kita harus tampil aneh dan beda dengan memakai baju putih. Bukan suatu hal gampang bukan untuk melawan arus? </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Korupsi adalah tindakan pidana yang berdimensi luas. Korupsi tidak sekedar mengambil uang negara, namun korupsi pasti membawa konsekuensi negatif bagi kerja itu sendiri. Seorang koruptor tidak akan pernah bekerja dan berprestasi baik, seorang koruptor tidak akan pernah memberikan pengabdian terbaiknya bagi negara atau masyarakat. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">berani memulai dengan menunjukan jari, Aku siap untuk melawan korupsi! itu yang harus setiap detik diikrarkan oleh setiap anak bangsa yang satu persatu akan mengambil alih tampuk kekuasaaan negara ini. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">yaaa, saya memulai, dan mari kita mulai, berpegang erat dan menjaga semangat anti korupsi dan mencintai praktik prakti anti korupsi dengan berani JUJUR!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Jakarta, 12 November 2012</span></div>
#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-53510127789705390062012-07-19T17:25:00.000+07:002013-02-08T16:35:15.570+07:00JOKOWI: Modifikasi Politisi Borjuasi Masa Kini<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Melihat sosok Jokowi saat ini tidak bisa lepas dari pengalaman bekerja sebagai Walikota Solo. Jokowi terpilih 2 kali berturut-turut dalam pilkada Surakarta pada tahun 2005 dan tahun 2010. Lalu dimanakah letak istimewa seorang Jokowi sehingga sampai terpilih dua kali berturut-turut bahkan pada pilkada tahun 2010 Jokowi mendapatkan dukungan sampai dengan 90.09% warga Solo. Angka ini adalah angka yang fantastis yang diperoleh dalam pilkada di Indonesia.<br />
Secara politik Jokowi memang mampu meletakan dirinya sebagai tokoh yang diperhitungkan dalam kancah politik lokal saat itu. Kehadiran Jokowi mampu memberikan sosok alternatif tokoh politik yang ada saat itu dan mampu memecah frustasi publik tentang kinerja pemerintah lokal kala itu. Sejumlah manuver proyek mercusuar dibangun seperti city walk memanjang di Jalan Slamet Riyadi yang menjadi Jalan utama di kota solo. Selain itu relokasi pedagang kaki lima dan penataan kota tanpa protes dan penggusuran paksa inilah yang membedakan sosok Jokowi saat ini dengan beberapa tokoh kepala daerah yang lain di Indonesia.<br />
Namun tentu saja hal ini tidak cukup untuk melihat bagaimana sosok Jokowi yang sebenarnya. Sebagai tokoh politik kita harus melihat mesin politik yang Jokowi gunakan, dalam hal ini partai politik yang digunakan oleh Jokowi, yakni PDIP. Banyak hal yang akan terbahaskan jika kita bicara mengenai infrastruktur politik Indonesia seperti parpol atau partai politik. Setidaknya sebagai seorang kader dari sebuah partai ada beberapa hal yang diangkat dan disesuaikan oleh platform partai. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah bisa seorang kader melawan arus yang ada di partai dan berdiri independen baik dalam gagasan dan tindakan?<br />
Keterkaitan dengan parpol di Indonesia yang cenderung mengangkat nilai-nilai lama dan cenderung konservatif tentu akan membatasi sikap para kader yang hendak berkarakter progresif. Tentu akan ada batas-batas ataupun syarat, karena ini adalah politik yang cenderung pragmatis dan taktis. Kemenangan politik adalah kemenangan yang harus dilipatgandakan sehingga akan mampu menjamin keberlangsungan kursi politik itu sendiri. Apakah sosok Jokowi akan mampu bekerja dalam kondisi seperti itu dan berjuang untuk rakyat yang selama ini dia dengung-dengungkan?<br />
Tentu saja manuver yang selama ini dilakukan secara individual oleh Jokowi adalah menjadi hal yang sangat dinantikan oleh rakyat. Permasalah yang paling mendasar seperti ekonomi misalnya, relokasi pedagang kaki lima tanpa protes dan revitalisasi pasar tradisional menjadi program favorit masyarakat ekonomi lemah. Penataaan kota yang dibikin apik jelas akan menarik juga bagi para investor. Apalagi slogan dari kota solo yakni “Berseri tanpa korupsi”, seakan-akan Jokowi adalah satu-satunya penjawab dari segala permasalah rakyat.<br />
Di paragraf sebelumnya saya mengatakan manuver individual Jokowi, kenapa? Jika memang ini adalah instruksi dari mesin politiknya Jokowi kenapa daerah lain yang Pilkada dimenangkan oleh PDIP kondisinya jauh berbeda dengan Solo dengan Jokowi? Bagaimana dengan Semarang misalnya dimana walikotanya sedang terjerat kasus Korupsi? Bagaimana dengan pertengkaran antara Gubernur Jateng Bibit Waluyo dengan Jokowi tentang bekas pabrik es sari petojo? Terlepas dari fungsi rekrutmen semua parpol (yang secara umum di Indonesia) yang gagal, saya tidak melihat dengan jelas garis politik dari partai yang harus dijalan secara konsekuen oleh setiap kadernya.<br />
Saya melihat seperti ada yang terputus disini, namun pragmatisme politik dan simbiosis mutualisme antara Jokowi dan PDIP membuat hubungannya tetap langgeng dan bahkan PDIP akan membawa Jokowi ke Batavia (baca: Jakarta). Bahkan analagi umum yang mengatakan bahwa kemenangan politik lokal di ibu kota adalah kemenangan politik nasional sepertinya adalah satu hal yang sangat diimani oleh parpol di Indonesia.<br />
Euforia Jokowi-isme ini saat ini semakin terasa di tingkat nasional paska pilkada putaran pertama di DKI yang mengunggulkan Jokowi dan Ahok. Dari yang saat ini kita lihat di media, baik cetak, elektronik dan sejumlah social media, aktivis-aktivis anti korupsi dan aktivis yang lainnya pun ikut serta dalam mendukung kontestasi politik Jokowi di Jakarta. Bahkan saat ini yang di citrakan adalah kemenangan Jokowi adalah kemenangan rakyat.Ini sepertinya akan menjadi satu hal yang prematur. Terus terang saat ini kanal-kanal kesadaran politik massa jakarta (pemilu dan pilkada) dan segelintir aktivispun mengalir ke Jokowi.<br />
Politik Jakarta tidak hanya Politik Jokowi semata, harus dirubah dalam melihat secara lengkap. Namun model Jokowi harus diakui sebagai model politikus yang lahir paska politik pencitraan ala SBY yang mulai naik menjelang 2004 yang saat ini sudah dirasa usang dan tak berguna. Modifikasi yang dilakukan oleh Jokowi adalah bentuk sempurna dari pencitraan yang sekedar lipservice. Namun seberapa efektif model politikus ala Jokowi ini bagi kesejahteraan rakyat? Apakah ini akan bermuara ke kesejahteraan rakyat atau ini mozaik pemilu 2014. Semoga kita tidak gagap melihat fenomena ini, saya yakin politik massa adalah hal yang dinamis dan akan terus bergerak.<br />
Terima kasih.<br />
*) Tulisan ini adalah tulisan pendapat pribadi tidak ada maksud unsur menghina karena ditujukan bagi diskusi ilmiah semata.</span></div>
#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-56428458194855914102012-07-18T19:00:00.000+07:002012-07-18T19:00:55.435+07:00TANTANGAN MASA DEPAN ADVOKAT(dipresentasikan pada tanggal 2 Mei 2012 di sebuah kantor advokat dan pengacara di Yogyakarta)<br />
<br />
Ibi societas ibi ius. Hal tersebut sudah sering kita dengar, dimana ada masyarakat maka ada hukum. Perkembangan yang terjadi semakin memicu keberadaan hukum sehingga semakin komplek dalam mengatur kehidupan bermasyarakat. Seperti juga r’ison de etre nya hukum yakni conflict of human interest, akan menunjukan betapa berartinya hukum dalam masyarakat modern yang beradab dan demokratis.<br />
<br />
Persamaan setiap warga Negara di muka hukum adalah amanat konstitusi. Negara menjamin melalui aparaturnya bahwa memberikan rasa aman, keadilan dan perlindungan hak akan diberikan kepada setiap warga Negara tanpa terkecuali. Secara empiris mungkin akan banyak sekali kontradiksi terhadap pendapat ini, namun setidaknya itu merupakan cita-cita hukum yang harus diwujudkan segara demi kepentingan seluruh warga Negara. Penegakan hukum atau law enforcement masih jauh dari harapan, itu berarti ini akan menjadi sebuah tantangan bagi aparat penegak hukum di masa depan.<br />
<br />
Perkembangan masyarakat yang pesat akan semakin mendorong proses penegakan Hukum di Indonesia. Jika sampai hari ini publik masih merasakan ketidakadilan yang dikarenakan oleh kinerja aparat penegak hukum maka bukan berarti masyarakat akan diam melihat kondisi ini. Sekali lagi, perkembangan masyarakat ini juga ditandai dengan kebebasan berekspresi termasuk media massa yang terus tumbuh baik secara kualitas maupun kuantitas. Tentu saja ini akan menjadi pemicu sekaligus tekanan bagi Negara untuk memperbaiki kinerja dari aparat penegak hukum.<br />
<br />
Catur Wangsa adalah aparat penegak hukum yang terdiri dari hakim, jaksa, kepolisian dan advokat. Kritik yang selama ini menjadi isu publik mengenai penegakan hukum tidak akan lepas dari unsur catur wangsa tersebut. Setidaknya, kinerja positif dari Catur Wangsa ini akan menjadi awal harapan bagi penegakan hukum di Indonesia. Perbaikan kinerja dan sinergi antar unsur tersebut akan menjadi modal bagi terpenuhinya cita rasa adil dalam masyarakat. Isu hukum saat ini sudah menjadi isu yang berdimensi publik sehingga terus akan disorot dan menjadi kritik yang terus bergulir.<br />
<br />
Advokat sebagai salah satu unsur dari Catur Wangsa tersebut juga diharapkan akan membantu masyarakat dalam proses mencari keadilan. Maka tidak heran lagi jika advokat juga disebut sebagai Officium Nobile atau profesi yang mulia. Di tangan seorang advokat, setiap orang akan mendapatkan hak-haknya dan kepentingan hukumnya. Bisa dibayangkan apabila setiap orang dapat dihukum tanpa mengeluarkan pembelaannya atau tanpa hukum yang jelas? Tentu saja ini bukan gambaran dari masyarakat modern dan beradab.<br />
<br />
Advokat merupakan satu-satunya penegak hukum yang independen. Advokat tidak dibawah Negara seperti polisi, jaksa dan hakim. Ini yang akan menjadi ‘penyeimbang’ antara kekuasaan Negara dan hak publik/privat. Bahkan advokat bisa melakukan ‘pressure’ kepada penegak hukum lainya seperti jaksa, hakim dan polisi. Peran advokat akan menjadi sebuah peran yang penting di masa depan ditengah kompleksitas kehidupan masyarakat yang terus mendambakan hukum yang adil dan mampu melindungi hak dan kewajibannya.<br />
<br />
<strike></strike>Tentu saja kinerja advokat juga harus ditingkatkan. Saat ini citra advokat yang negatif beserta image “maju tak gentar membela yang bayar” harus segera dihilangkan dengan sebuah kerja nyata yang akan terus memberikan sumbangsih bagi keadilan bagi setiap anggota masyarakat. Ikut berperan dalam penegakan hukum dengan bekerja secara etika profesi dan hukum yang berlaku. Saya berkeyakinan setidaknya dengan usaha ini secara terus menerus oleh advokat Indonesia maka akan terjadi pengakuan masyarakat terhadap advokat sebagai “Officium Nobile”.#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-48728532230219520822011-12-21T21:42:00.003+07:002013-02-08T16:25:31.985+07:00Sahabat<div style="text-align: justify;">
Menarik sekali hari ini karena saya tidak akan menyangka bertemu dengan teman-teman. Semula pagi ini hujan turun, sempat terpikir untuk mengurungkan niat untuk bepergian,namun disisi lain saya sudah berjanji dengan teman saya untuk bertemu di sebuah kafe di pusat kota Jogjakarta. </div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata berbagi cerita setelah sekian lama tidak bertemu menjadi sesuatu hal yang sangat menyenangkan dan tak terasa waktu berjalan demikian cepat. Namun disisi lain, semakin lama saya mendalami persahabatan dengan mereka, semakin saya tahu bahwa sahabat adalah segalanya bagi saya. Dan saya tidak butuh lagi definisi kata "sahabat", cukup dengan mendengarkan dan berbicara kepada mereka dan sedikit dibalut dengan kehangatan bak saudara sendiri. Ya itu cukup. </div>
<div style="text-align: justify;">
ya, terima kasih sahabat untuk hari ini. Kita adalah kumpulan titik-titik api yang ketika berkumpul kita adalah bara yg tak akan pernah padam. Sampai jumpa lain waktu dalam sebentuk pemikiran baru yang akan kita bagi bersama.</div>
#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-54380979801384531992011-07-10T00:21:00.005+07:002013-02-08T16:27:52.271+07:00Antara SBY, BBM dan Rakyat.<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Terdengar dari beberapa media massa yang mulai memberitakan tentang rencana kenaikan harga BBM. Sekali lagi pemerintah selalu menyuguhkan alasan yang sama dari setiap kenaikan BBM yakni mengenai subsidi. Kenaikan harga minyak di Internasional membuat subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah semakin besar atau dengan kata lain subsidi BBM akan menjadi beban APBN 2011/2012. Hal ini tentu saja menjadi berita yang menarik karena saat-saat ini parlemen sedang menggodok UU APBN. Sebenarnya apa yang terjadi? </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Orba, biang kerok kegagalan Negara!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Sejak Indonesia dibawah rezim orde baru nampak sekali bahwa rezim orde baru adalah rezim yang ramah terhadap kepetingan asing. UU No. 1/1967 tentang Penanaman Modal adalah "wellcome package" bagi kepentingan kapitalisme internasional. UU tersebut menjadi daya tarik kapitalisme internasional untuk 'mencicipi' SDA dan potensi ekonomi di Indonesia. Sejak saat itulah ketergantungan terhadap asing menjadi semakin menjadi dan pembentukan IGGI sebagai " badan utang indonesia" semakin menjerumuskan Indonesia dalam jebakan hutang luar negeri yang semakin menjadi. Sampai dengan kegagalan resep ekonomi ala ORBA yang juga diikuti oleh hancurnya rezim Suharto, tidak serta merta membawa Indonesia keluar dari jerat kapitalisme internasional. Disaat menjelang turun dari takhta, Suharto menandatangani Letter of Intents (LoI) dengan IMF guna kepentingan pencairan hutang untuk menanggung beban anggaran akibat dampak krisis ekonomi tahun 1997. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Jelas sejak itu Indonesia semakin patuh terhadap komando IMF yang merupakan agen dari neoliberalisme. Kenapa seperti itu? secara substansi LoI Indonesia IMF tersebut beragendakan privatisasi, deregulasi, pencabutan subsidi. Inilah bukti nyata bahwa "nyawa" IMF sama dengan "nyawa" neoliberalisme. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Selamat datang reformasi, selamat jalan kesejahteraan rakyat. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Walau Indonesia sudah masuk dalam era reformasi bukan berarti rezim pengganti adalah rezim pro rakyat. Semua adalah pengamal taat ekonomi neoliberal dimana privatisai, deregulasi dan pencabutan subsidi selalu menjadi topik terhangat dalam setiap rezim berdiri. Bahkan nampak sekali paska reformasi dibawah rezim rezim yang katanya pro reformasi, agenda neoliberalisme malah semakin rajin dilakukan. UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN. UU ini hanya menjadi legalisasi terhadap obral aset kekayaan negara dalam bentuk BUMN yg diprivatisasi. Nampak juga pencabutan Subsidi yang semakin nyata,privatisasi menggila dan deregulasi yg ramah modal asing diterapkan Mulai dari Megawati sampai dengan SBY yang juga konsisten sebagai agen dari Neoliberalisme itu sendiri dan semua berwatak SAMA.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">BBM, sebuah komoditas yang mahal secara politik. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Tak hayal lagi, kenaikan BBM selalu menjadi sebuah ketakutan politik tersendiri bagi sebuah rezim, karena kenaikan BBM akan menjadi sebuah pekerjaan dimana rezim harus memadamkan perlawanan dan gelombang aksi. Dari sifat aksi massa yang lemah dan hanya bersandar kepada ekonomisme gerakan, maka SBY pun mulai memoles "suap" kepada rakyat pada tahun 2005 dengan memberikan program pengalihan subsidi dalam beberapa bentuk, misal beasiswa kompensasi BBM, termasuk bagi bagi 100 ribu rupiah per tiga bulan sekali. Adapun yang ingin ditekankan disini adalah kenaikan BBM menjadi harga yang mahal dan gejolak politik di Indonesia. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Bagi gerakan sendiri, kenaikan BBM menjadi sebuah memontuk untuk kembali "meramaikan' lagi jalanan dan meneriakan tuntutan untuk batalkan kenaikan harga BBM, walau bebarapa gerakan lain beranggapan bahwa tidak cukup hanya dengan menurunkan harga BBM, namun mengganti pemerintahan yg berkarakter kerakayatan, demokratis dan mampu melaksanakan agenda agendan kerakyatan secara konsekuen. karena bersifat momentum, kenaikan harga BBM tidak bisa sembarang lewat begitu saja, hal ini harus dijadikan waktu yang tepat untuk mengajarkan kepada rakyat sebuah pendidikan politik langsung walau hanya pada tataran ekonomisme. Pendidikan politik untuk tidak mempercayai pemerintah dan rahim rezim ademokrasi, yakni PEMILU. Dalam proses, rakyat pasti akan mencari Politik alternatif sebagai bentuk kebuntuan terhadap 'sajian politik' borjuasi yang memang sudah basi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Pencabutan Subsidi, itu kata Rezim. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Rakyat sudah cerdas dan bahkan mampu menghafal alasan klise pemerintah untuk menaikan harga BBM, yakni SUBSIDI. Kenaikan harga minyak internasional memaksa pemerintah Indonesia utk memberikan subsidi lebih kepada harga minyak di domestik. Ekonomi borjuis selalu bilang, jika harga BBM tidak dinaikan maka APBN akan jebol hanya gara gara mensubsidi harga BBM di domestik. APBN akan defisit, negara akan tekor, itulah kata kata ekonomi borjuis. Jika ditilik lebih lanjut lagi, APBN defisit itu adalah skema baku dari kapitalisme internasional dengan kata lain memang oleh mafia berkeley Indonesia saat ini, APBN dibuat defisit karena dengan "mendefisitkan" APBN maka Indonesia akan semakin jauh dalam mekanisme "Debt trap". Indonesia akan terbelit utang luar negeri, dan tak heran lagi saat ini hutang luar negeri Indonesia semakin meningkat. Ya, hutang luar negeri Indonesia saat ini meningkat! Debt trap yang semakin membuat kapitalisme internasional semakin leluasa menitipkan pesan ekonomi politik ke rezim karena hutan luar negeri itu adalah bersyarat. Contoh, hutang Luar negeri Indonesia yang dicairkan oleh IMF, Indonesia harus menandatangani Letter Of Intents dimana Indonesia harus melakukan persayarat-persyaratan dimana esensinya adalah agenda neoliberalisme. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Jadi sebenarnya penghapusan subsidi itu dari mana dan untuk siapa ?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Disisi lain, jika kita melihat, ketaatan rezim terhadap kapitalisme global semakin nyata. Pembayaran hutang dan bunga selalu rajin dibayarkan, bahkan utk membayar hutang luar negeri besarnya bisa sampai 25 % dari APBN. Seperempat total APBN yang seharusnya utk kepentingan rakyat hanya utk membayar hutang luar negeri. Artinya, pencabutan SUBSIDI digalakan dan Membayar hutang luar negeri dari APBN lebih digiatkan! </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Cukup untuk menilai, dimana letak keberpihakan rezim! Efek domino dari kenaikan harga BBM adalah jelas, dari mulai inflasi, kenaikan sembako, yg ujungnya adalah rakyat akan semakin terpuruk. Belum lagi jika kondisi rakyat tersebut dikaitkan dengan Upah Minumum, jelas tidak akan semakin jauh utk berbicara ttg rakyat yang sejahtera. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Batalkan Rencana Kenaikan harga BBM. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Hapus hutang luar negeri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Turunkan Rezim anti rakyat dan anti demokrasi. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">Semarang, 14 Juli 2011</span></div>
#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-87646404695598274922011-05-21T02:02:00.002+07:002011-05-21T02:24:28.698+07:00Melihat hidup. simpel!Terkadang aku sering sekali melihat kembali apa yang telah terjadi dalam perjalanan hidupku. Jika boleh bilang, aku merasa yang paling sombong untuk melewati hidup dan aku terlalu yakin dgn besar ceritaku dimasa lalu. Namun di kala pagi ini aku menulis dalam blog ini, aku merasa semua yang aku jalani adalah sia-sia. Ehm, Mari kita lihat sisi lain dari ini semua. <br />Apakah aku kurang bisa menikmati dengan semua yang pernah aku dapat? ya,. mungkin. Keras dan kesombongan hidupku membuat aku terkadadang tidak pernah merasa bersyukur dgn apa yang sudah aku dapatkan. Manusia memang selalu tidak pernah ada habisnya! itulah sedikit kata kata penghiburku saat ini. berpikir lagi, apakah memang seperti itu. <br />haha, sedikit berpikir ketika jaman sekolah dulu "kebutuhan manusia itu tidak ada batasnya namun barang pemuas kebutuhan manusia itu terbatas". Yup. Aku adalah manusia juga dimana dalam satu titik aku mengejar kebutuhan dengan bekerja. Manusia selalu bekerja sejak awal peradaban manusia itu tercipta, hal lain yang paling mendasar adalah untuk bisa bertahan hidup walau dalam seiring perkembangan manusia kebutuhan selalu berkembang, bekerja bukan lagi sebatas pada mempertahankan hidup namun pada tingkat sosial masyarakat dan kebutuhan intelektual dimana manusia selalu berkembang secara pemikiran. Itulah bingkai kehidupan manusia itu akan selalu berkembang ditengah terbatasnya pasokan ketersediaan barang pemuas kebutuhan itu sendiri. <br />Setiap hal yang sudah aku lalui tidak akan pernah sia-sia, aku mencoba menemukan kembali arah dan mencoba bangkit dari cara pandang yang salah tentang rumitnya hidup. Manusia dan kerja adalah 2 sisi mata uang yang tidak akan pernah terpisahkan. Perkembangan dari pemikiran manusia itulah yang akan selalu dihasilkan ketika dia bekerja dengan menggunakan alat alat kerjanya dan proses kerja produksi. Walau dalam titik tertentu manusia akan mengalami keterasingan dalam hidupnya. <br />akh, sudahlah. :)<br />Ada kalimat yang lebih menarik dari tulisan ini adalah manusia bekerja adalah manusia yang berbudaya dan ketika berbudaya manusia sedang belajar. Bukankah ketika dengan melalui proses kehidupan kerja maka dia akan menemukan kontradiksi itu sendiri? ya artinya akan fase baru dari itu semua Atau antithesis dari semua itu. <br /><br />Sistem tidak pernah ada yang netral! itu jawabnya!#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-84646220060107928802010-11-11T21:19:00.006+07:002013-02-08T16:32:27.789+07:00Aksi Mogok Angkot Cikuda Pateuh-Ciroyom Bandung<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif;">Hal menarik kiranya ketika berbicara tentang aksi. Aksi massa yang meneriakan segala tuntutan adalah tontonan wajar sampai dengan hari ini. Di kota asalku Jogjakarta misalnya, masyarakat pedagang di Malioboro mungkin sudah kenyang karena melihat aksi/demontrasi merupakan makanan sehari-hari. Jika melihat lebih jauh ke belakang, sebenarnya aksi maupun demonstrasi adalah barang mahal ketika kita hidup dalam masa orde baru. Aksi menggambarkan sebuah perlawanan sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap penguasa atau pengambil kebijakan. Ini yang kemudian diharamkan oleh penguasa baik daerah maupun pusat dikala itu. Namun berbeda ketika kran-kran demokratisasi paska turunnya Soeharto dibuka oleh gerakan mahasiswa bersama rakyat di tahun 1998, aksi menjadi sebuah metode dalam memperjuangkan hak kaum yang terpinggirkan. Jadi aksi yang saat ini berlangsung di Indonesia merupakan dari proses panjang perjalanan republik ini, karena masyarakat sipil tidak mempunyai senjata untuk merebut haknya, sipil cenderung lemah di hadapan negara dan saluran legal dari demokratisasi (baca: parlemen) cenderung mampet. Aksi adalah senjata masyarakat sipil yang maju dan demokratis.</span></div><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><br />
</span></div><span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"> <div style="text-align: justify;">Itulah yang tadi sore aku lihat di Jl. Wastu kencana di depan balai kota Bandung. Aku menyempatkan diri untuk sedikit berdialog dengan beberapa orang disana. Ada puluhan angkot yang sedang mogok beroperasi. Usut punya usut, mereka sedang memprotes penambahan armada angkutan kota Cikuda Pateuh-Ciroyom. Penambahan sekitar 15 armada yang akan beroperasi jalur itu. Mereka berpendapat bahwa jalur itu sudah penuh sesak namun kenapa harus ditambah armada lagi. Dari berbagai sumber yang aku dapat, saat ini beroperasi 125 armada, jadi jika nanti ditambah 15 maka total akan menjadi 140 armada.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hal ini adalah bagus!! mengapa? ini merupakan salah satu bukti jika sopir angkot yang notabene adalah masyarakat kelas bawah mengambil metode aksi, walaupun dalam tataran aksi yang spontan dan mungkin saja tidak berkonsep. Dalam bentuk ini jelas tersirat bahwa mereka tidak lagi percaya lagi kepada saluran resmi aspirasi formal ( DPRD kota bandung misalnya) atau wakil rakyat yang dulu mereka coblos.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam hal aksi ini, aksi mereka bermotifkan ekonomi. Tuntutan mereka sifatnya sangat ekonomisme, yakni jangan sampai pendapatan mereka terganggu atau berkurang ketika ditambah lagi armada dalam jurusan yang sama. Ini tidak menjadi soal bagiku, toh memaang kesadaran ekonomisme akan menjadi awal bagi tingkat kesadaran yang lebih tinggi lagi. Mereka tidak sadar telah mempraktekan politik walau pada tataran dini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">ya, mereka akan terus belajar dan belajar.Mereka akan tahu jika sebenarnya apa yang mereka rasakan merupakan produk politik karena keputusan berada di tangan pemerintah kota (walikota) yang dipilih secara langsung oleh rakyat Bandung. Jadi mereka harus merunut kondisi ini, siapa biang kerok dan apa yang harus mereka respon ketika setiap ada momentum politik datang. Posisi mereka jelas terjepit dan itu mengapa hari ini mereka kembali mogok beroperasi, padahal sebelumnya aku melihat mereka mogok di tempat yang sama dengan tuntutan yang sama pada bulan Agustus 2010 kemarin. Mereka masih berbicara hal yang sama. Salut!!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mempertahankan kondisi ini. Masyarakat yang terus bergelut setiap harinya dengan kebijakan yang tidak populis dari negara pasti akan menumbuh suburkan aksi-aksi ini. dari mulai sektor petani, mahasiswa, kaum miskin kota sampai dengan gerakan besar buruh. saya yakin, akan ada sejuta aksi kedepannya, walau saat ini rezim mencoba memoles wajahnya dengan demokratisasi, namun mereka tidak bisa memberikan yang paling asasi dalam praktek demokrasi. Masih ada tentara dan polisi! masih ada pemberangusan serikat pekerja! Masih ada DO mahasiswa yang terlibat aktivitas politik!! masih ada kriminalisasi bagi perjuangan demokrasi!! Negara masih menciptakan penjara-penjara bagi kaum yang mendambakan kesejahteraan dan demokrasi. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hari ini sangat indah, aku bisa bertemu mereka dan sedikit berbicara dengan mereka. Maaf, dalam hati ini aku ingin sekali bergabung sama mereka, mungkin lain waktu dalam kesempatan dan hari yang berbeda. </div><div style="text-align: justify;">Hidup Kaum miskin perkotaan.</div></span>#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-55382277267233453152010-11-10T19:59:00.000+07:002010-11-10T20:01:05.167+07:00Biarkan dia tidur hari ini..<p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">Bandung, 9 November 2010</span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;"> </span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">Siang tadi aku berjalan kaki di sekitaran Jl. Braga, rencana hendak menuju jalan Merdeka karena jarak yang tak terlalu jauh akh..sayang sekali jika pake angkot atau taxi. Saat itu waktu menunjukan pukul 10.33 WIB,kususuri trotoar namun langkah kakiku terhenti di depan Bank Indonesia, karena aku melihat orang gila yang sedang tidur tertelungkup di trotoar. bagaimana bisa di tengah bising jalanan yang ramai, polusi, dan terik matahari dia masih bisa tertidur, beberapa detik kemudian aku berpikir sedang apakah dia?</span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;"> </span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">Aku melihat bahwa saat ini yang pasti dia sedang menikmati waktunya. Ya waktu. Waktu untuk bisa melepas penat, kantuk dan sifat manusiawi lainya. Aku tidak mengatakan bahwa dia sedang menikmati hidup, karena mungkin saja dia berpikir bahwa hidupnya adalah kutukan sebab dia dilahirkan, tumbuh dan berkembang untuk menjadi orang gila yang mungkin saja dibuang keluarga atau tidak punya keluarga sama sekali. Aku liat sekali lagi di sisi yang berbeda, dia nyenyak sekali tidurnya, entah sudah ribuan kilometer yang sudah dia tempuh dengan berjalan kaki, entah dia tertidur karena blm makan beberapa minggu? Aku tidak tahu. </span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;"> </span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">Aku melihat kanan kiri untuk mengamati sekitar dan mengambil foto dirinya, seraya mengucap salam pada dia kemudian aku melanjutkan langkahku. Bayangan orang gila itupun tidak serta merta hilang dari ingatanku. yang pasti aku yakin, dia tidak ingat lagi siapa dirinya, kapan dia lahir, bahkan dia mungkin tidak akan tahu dengan apa yang namanya kematian apalagi bagaimana rasanya mati. Dia hanya tahu berjalan kaki, insting makan dan tidur.</span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;"> </span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">Ehm, apa yang terjadi dengan dia ketika aku sudah berjalan ratusan meter menjauhi dia? Aku tdk berharap sedikitpun ada gerombolan Satpol PP yang akan memindahkan dia dan dipindah ketempat lain atau dibuang di pinggiran kota. Mungkin saja itu terjadi. Modal bisa saja berkata; ah singkirkan itu orang gila di pinggir jalan. Bikin keliatan kumuh saja, nah kalo uda kumuh entar Investor ga tertarik lagi berinvestasi disini!!..Dan aku sangat yakin sekali jika orang gila itu tidak tahu tentang praktik "city without slum" yang kadang menjadi pelengkap dari rangkaian agenda neoliberalisme.</span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;"> </span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">Stop!!! aku berpikir terlalu jauh. Tdk mungkin dia sampai berpikir sejauh itu. Segala macam tentang hak dan kewajibannya saja dia tidak tahu, apalagi mempertahankan hak. Mungkin dia ingat dulu ada departemen sosial, yang dulu program kerjanya bikin SDSB ( Sumbangan Dana Sosial Berhadiah), jika dia masih ingat sekarang dia pasti akan meminta dirinya untuk diperlakukan layak di negeri yang menurut orang sedunia adalah kaya raya. Dia bisa saja menggugat negara hanya dengan bermodalkan pasal 34 UUD 1945, yah..dia tidak punya banyak pilihan hidup. iya, dia tidak punya pilihan hidup. Disaat anak-anak ABG dan anak gaul mengatakan " hidup itu pilihan cuy" dia berjalan dalam terik matahari, Disaat mahasiswa Fakultas Hukum membahas tentang konstitusi, tugas negara dan memperdebatkan isinya, Dia mengais nasi di tumpukan tempat sampah.</span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;"> </span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">ya sudahlah, akupun tidak bisa berbuat apa-apa utk orang gila itu. dan ketika aku sedang mengetik note ini, apakah dia masih juga hidup? aku tak tau.</span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">Dia adalah seorang pemberani, melintasi malam dan menerobos panas matahari di kala siang. Dia tidak mempunyai ijazah sarjana, dia tidak mempunyai gaji, namun dia membuktikan jika hari ini dia masih hidup.</span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;"> </span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">semoga kita bisa bertemu lagi di jalan yang berbeda pak tua..</span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">mungkin saja badanmu besok sudah bersih karena kena hujan..</span></p><p style="font-family: lucida grande;"><span style="font-size:100%;">Tuhan memberkatimu.</span></p>#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-48171823060042786212010-11-08T23:54:00.003+07:002010-11-09T00:19:16.051+07:00semua kritik media, kenapa?? ( kasus pemberitaan bencana merapi )<span style="font-size:100%;"><b style="font-family: times new roman;">Media massa</b><span style="font-family:times new roman;"> atau </span><b style="font-family: times new roman;">Pers</b><span style="font-family:times new roman;"> adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun </span><span style="font-family:times new roman;">1920 untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas (wikipedia ). Dalam pengertian singkat tersebut artinya media massa akan memegang peranan penting dalam membentuk opini publik. Hal ini akan semakin berkembang tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kebutuhan media, dari berbagai faktor perkembangan teknologi informasi dan perkembangan masyarakat inilah. Masyarakat yang berkembang pesat, pasti membutuhkan media. Secara singkat bisa dikatakan demikian.<br />Dalam perkembangan selanjutnya, media menjadi salah satu industri yang cukup menjanjikan. Perkembangan baik secara kuantitas dan kualitas mediapun bisa dilihat sampai detik ini. Di satu sisi hal ini adalah baik bagi masyarakat karena dengan banyak media maka akan semakin banyak pilihan untuk menentukan yang akan menjadi pilihannya. Di sisi yang lain, perkembangan media juga diikuti dengan berdirinya perusahaan-perusahaan media, seperti yang sudah dijelaskan di awal, bahwa media merupakan industri. Dan modal yang akan menentukan, dan dibawah kepemilikan modal media akan bergerak. Arah geraknya pun bukan untuk menguntungkan masyarakat semata, namun yang pasti juga kepada pemilik modalnya dan dari sinilah politik media itu dijalankan. Media akan menghamba kepada Majikannya.<br />Sudah bukan hal yang aneh lagi, kritik masyarakat terhadap ketidak puasan media sering muncul. Seakan yang terlihat dari kritikus adalah masalah kompetensi dari awak media. Namun karena muara modal terus bergulir sesuai arah yang ditentukan pemilik modal, maka kita tidak bisa mengkritik awak media karena permasalahan pokoknya bukan disitu melainkan arah media dan modal yang melatarbelakanginya. Hal ini tentu saja tidak akan pernah berubah, ibarat anak yang akan selalu patuh terhadap orang tuannya, dan bagi pemilik media mereka pun selalu akan mendidik dan mengarahkan media ini untuk tidak menjadi "anak durhaka".<br />Terus bagaimana dengan masyarakat yang dirugikan? Masyarakat harus mempunyai sebuah prinsip yang kuat dalam mencerna media. Artinya, membandingkan media yang lebih baik dan lebih baik akan menjadikan media yang tidak bermutu akan mulai ditinggalkan masyarakat. Masyarakat yang cerdas akan membunuh media yang tidak bisa memberikan sebuah penerangan atas suatu hal, masyarakat akan mulai meninggalkan media yang tidak bisa memberikan informasi yang menjadikan masyarakat menjadi lebih baik.<br />Pemerintah dalam hal inipuan harus bisa ikut ambil bagian dalam hal ini. Walau sedikit di awal saya sudah menjelaskan bahwa adalah tidak mungkin untuk menjadikan industri media sebagai "binatang piaraan" karena pada dasarnya dia adalah binatang buas yang siap membunuh dan tidak terkendali kecuali oleh pawang atau pemilik modalnya. Arah modal jelas, arah profit jelas, arah politik jelas dan dengan demikian media akan selalu menjadi sebuah kekuatan yang pada titik tertentu akan menjadi liar.<br /><br /><br /></span></span>#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-60182994687878152172010-11-06T23:26:00.000+07:002010-11-07T00:05:29.751+07:00Jogjakarta yang indah dan akan selalu indah..<span style="font-weight: bold;">Sekilas jogja, di Akhir Oktober 2010</span><br />Kira-kira 1 minggu yang lalu saya berangkat dari Bandung untuk pulang ke Jogja. Sepintas dari media mendengar dan melihat dari layar televisi mengenai bencana Gunung Merapi. Sekitar jam 04.30 sampai sudah kereta saya di St. Tugu Jogja, disaat kereta belum berhenti, saya sudah tidak sabar untuk menghirup udara jogja di pagi hari itu. Bukan lagi udara segar yang aku dapat, akan tetapi sakit mata karena ternyata di pagi itu kota Jogjakarta diguyur hujan abu.<br />Itulah kali pertama saya melihat dan merasakan sendiri bencana merapi, sebab aktivitas Gunung Merapi di tahun 2006 tidak seperti ini. Sampai dengan hari ini, saya di bandung terus memantau perkembangan Merapi dan terus melakukan kontak dengan saudara, keluarga dan teman-teman yang ada di Jogjakarta.<br />Sepertinya kita selalu melihat perulangan kesalahan dalam melihat bencana, entah bantuan ke masyarakat korban bencana, penanganan fasilitas fisik dan rehabiltasi. Pihak dalam hal ini harus bertanggung jawab adalah pemerintah. Saya akan sedikit berbicara tentang peran pemerintah dalam tulisan ini.<br /><span style="font-weight: bold;">Pemerintah dan upaya penanggulangan Bencana.</span><br />Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana alam. Hampir bisa dipastikan setiap bulan dalam sepanjang tahun selalu terdapat bencana alam. Saya tidak menyalahkan mengenai "nasib" Indonesia yang rawan bencana namun saya ingin mengungkap sejauh mana persiapan pemerintah beserta aparaturnya untuk menghadapi ini. Alat deteksi dini untuk tsunami misalnya, mana ada yang berfungsi. Kecenderungan yang terjadi adalah, kita bereaksi setelah semuanya terjadi. Bencana Merapi sebenarnya bisa diprediksikan dan selanjutnya bisa untuk diantisipasi jatuhnya korban yang lebih banyak. Sistem peringatan dini, titik evakuasi, dan teknis lainya harus sudah digambarkan oleh pemerintah. Dan kesemuanya ini didukung oleh dana, peralatan dan perangkat lainya. Kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah harus terpadu sehingga tidak ada lagi kecenderungan untuk improvisasi dalam penanganan bencana.<br /><span style="font-weight: bold;">Kembali ke Jogjakarta.</span><br />Saya akan selalu mengenang kota ini, kota yang indah dan selalu membuat saya kangen. Masyarakat Jogja adalah masyarakat yg kuat, gempa bumi di tahun 2006 akan menjadikan masyarakat Jogja sadar betul bahwa setiap saat bencana alam bisa saja terjadi. Hal ini diharapkan kedepannya akan membuat kita bisa belajar lebih jauh lagi tentang menghadapi bencana. Selain itu dari pihak pemerintah harus mempunyai rencana aksi dalam setiap bencana yang terjadi termasuk penanganan paska bencana, rehabilitasi fisik sampai dengan healing bagi masyarakat terutama anak-anak agar perkembangan mereka tidak terganggu akibat bencana.<br /><br />Aku akan selalu merindukanmu Jogjakarta..- JOGJA BANGKIT-<br /><br />indra.wb#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-65191027401604081882010-09-08T14:14:00.000+07:002010-09-08T14:14:07.741+07:00Budaya Maaf dalam Lebaran<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">Saya sangat senang dengan lebaran walaupun saya bukanlah seorang muslim. Hal ini bisa aku nikmati bersama kawan-kawan utk saling berkunjung ke sanak saudara, teman dan saudara-saudara lainnya. Saya sangat menikmati setiap lebaran karena ada unsur maaf dan memaafkan disitu, artinya dalam "kemasan" lebaran menjadi tidak canggung untuk berkata maaf kepada sesama. Dan disitulah yang membuat saya semakin nyaman dengan yang namanya lebaran. </span><br style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;" /><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">Kata maaf di saat ini saya merasakan sendiri menjadi sesuatau yang sangat mahal. Konsep individualisme dalam paket modernisasi saat ini bisa menjadi salah satu sebabnya. Budaya minimalis untuk berkata "maaf"pun menjadi jarang lagi kita lakukan. Maaf tidak terikat kepada struktur sosial ataupun organisasi, maaf tidak terbatas pada junior senior, namun tidak ada yang bisa mempermasalahkan bahwa kata "maaf" bisa diucapkan oleh siapapun, kapanpun dimanapun dan utk siapapun.</span><br />
Memaknai lebaran ataupun perayaan hari keagamaan bukanlah pada arti formalnya saja, tidak masalah untuk melihat isi dari setiap perayaan hari keagamaan. jadi mungkin akan terasa indah jika setiap hari adalah lebaran, atau setiap hari adalah paskah dan natal sepanjang hari.<br />
Tidak ada maksud menjadi moralis atau sok agamis, namun degradasi etika sosial saat ini sudah turun. Terlepas dari berbagai hal yang menjadi pendorong hancurnya, mari lakukan sesuatu.<br />
<br />
Mohon Maaf Lahir dan Bathin<br />
Selamat hari Raya Idul Fitri 1431 H#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-72195787856914728212009-12-31T16:41:00.000+07:002009-12-31T16:49:10.252+07:00terima kasih 2009...yup, hari ini adalah hari terakhir di tahun 2009, namun secara ringkas telah banyak yang terjadi di tahun 2009. Walaupun sudah banyak yang terjadi begitu lengkap, namun masih banyak yang belum terlaksana di tahun ini. Banyak kelemahan yang menutupi pandanganku sehingga jalanku tidak sempurna. Berangkat dari kemalasan dan ego seorang manusia, itulah yang sering menjadi kesalahan klasik dan pembenaran yang tak tepat.<br />Namun bagiku itu bukan masalah, karena kita berpikir optimis saja karena masih ada 365 hari kedepan dan tentu saja banyak kesempatan untuk memperbaiki diri. Belajar dari kesalahan dan mempertahankan keberhasilan dan sesuatu yang positip adalah sulit, namun didalam hidup itu adalah keharusan. Aku selalu menganggap semua orang adalah guru, dan semua tempat adalah sekolahku, jadi aku tidak akan kehabisan cara dan metode untuk bisa belajar dan belajar agar menjadi lebih baik.<br />Aku punya banyak cita-cita kedepannya, namun itu adalah rahasia bagiku. Sebisa mungkin aku akan mengerjakan yang terbaik bagi semua yang aku kerjakan.<br /><br /><br />Selamat Tahun Baru 2010,<br /><br /><br />Indra.wb#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6144058621086467732.post-73867462238603058042009-08-29T00:15:00.000+07:002009-08-29T00:17:23.083+07:00TEST postingbelajar nge Blog adalah sebuah kemajuan, dan belajar tidak akan terbatas oleh waktu. Sejarah peradaban manusia juga dimulai sejak adanya tulisan. Mari kita menulis utk sebuah perubahan yang lebih baik di masa depan. Saya yakin dengan apa yang saya yakini, bagaiman dengan anda?<br /><br /><br />salam.<br /><br />indra.wb#MyJourneyhttp://www.blogger.com/profile/12269089100662509929noreply@blogger.com0